Museum Fatahillah yang juga dikenal sebagai
Museum Sejarah Jakarta atau Museum Batavia adalah sebuah museum yang terletak
dijalan Taman Fatahillah No.2 , Jakarta Barat dengan Luas Lebih dari 1300 meter
persegi.
Gedung ini dulu adalah sebuah Balai Kota (Bahasa
Belanda :Stadhuis) yang dibangun pada
tahun 1626-1710 atas perintah Gubernur Jendral Johan Van Hoorn. Bangunan yang
menyerupai Istana Dam di Amsterdam ini terdiri atas Bangunan utama dengan dua
saap dibagian timur dan barat serta bangunan sanding yang digunakan sebagai kantor,
ruang pengadilan, dan ruang bawah tanah yang dipakai sebagai penjara.
A. Sejarah Gedung Museum Fatahillah
Menurut informasi yang penulis dapat, 5 buah sel penjara yang berada dibawah gedung
dibangun pada tahun 1649. Renovasi juga dilakukan pada tahun 1665, yaitu
melebarkan gedung utama dengan menambah masing-masing satu ruangan dibagian
barat dan timur. Setelah tahun 1650 beberapa perbaikan dan perubahan di gedung
Museum fatahillah terus dilakukan hinga menjadi bentuk seperti yang ada saat
ini.
Selain digunakan sebagai Stadhuis(Balai
Kota), gedung ini juga digunakan sebagai Raad
van Justitie(ruang pengadilan). Pada rentang tahun 1925-1942, gedung Museum
fatahillah dimanfaatkan sebagai kantor Pemerintahan Provinsi Jawa Barat dan
kemudian pada tahun 1942-1945 dipakai untuk kantor pengumpulan Logistik
Penjajah Jepang. Tahun 1952 Gedung ini menjadi markas Komando Militer Kota
(KMK) I, lalu berubah menjadi KODIM 0503 Jakarta Barat. Akhirnya tahun 1968,
gedung ini diserahkan kepada Pemda DKI Jakarta, lalu diresmikan menjadi Museum
Fatahillah(Museum Sejarah Jakarta) pada tanggal 30 Maret 1974.
B.
Bangunan
Museum Fatahillah
Bangunan Museum Fatahillah Terdiri Atas 3
Bagian Besar. Pertama, Bagian Depan
terdiri dari taman depan, lantai dasar Museum yang bagian ini juga terdapat
sumur tua. Kedua, Bagian Bangunan
utama yang terdiri dari ruang Pamer koleksi, kantor museum, Penjara bawah tanah
, toko souvenir,Toilet,musalla, dan Perpustakaan. Ketiga , taman dalam museum yang terdiri dari Pekarangan dengan
susunan konblok, dihiasi beberapa pohon tua, dan terdapat beberapa koleksi
Meriam salah satunya yaitu Merian Si
Jagur yang menjadi Ikon Museum Fatahillah.
Setelah mengalami berbagai pergantian
fungsi serta renovasi sejak pertama kali di bangun, kini bangunan Museum
fatahillah juga telah mengalami berbagai kerusakan dibeberapa bangian
bangunannya. Fakta ini penulis simpulkan setelah melakukan 4 kali kunjungan ke
Museum Fatahillah Sejak 18 oktober 2011. Dalam kunjungannya penulis menemukan
beberapa bagian bangunan museum yang rusak, seperti kaca yang pecah, kacu
ventilasi yang sudah patah, sampai dinding bangunan yang penuh dengan coretan. Diantara kerusakan-kerusakan yang terjadi
sebagian besar disebabkan oleh faktor usia museum yang sudah tergolong tua,
Cuaca (hujan), dan ada juga yang disebabkan oleh faktor manusia(dalam hal ini adalah pengujung museum).
Berdasarkan fakta yang telah penulis kemukakan diatas, maka penulis mengambil
fokus ‘’kerusakan bangunan Museum
Fatahillah’’ dalam tulisan ini. Tidak hanya menjelaskan kerusakan bangunan
Museum Fatahillah, Penulis juga akan menganalisa penyebab kerusakan, serta akan
memberikan beberapan solusi kreatif terhadap persoalan ini. Berikut adalah
Pembahasan penulis tentang kerusakan museum Fatahillah.
1. Kaca Bangunan yang Pecah
Gambar
3 & 4 : Kaca Museum yang pecah
‘’Sebagian besar kaca yang gunakan pada
bangunan maupun koleksi di Museum Fatahillah adalah kaca Itali yang tergolong
kuat’’, kutipan kata-kata diatas dikemukan oleh bapak
Sobirin kepala Bidang Edukasi Museum Fatahillah.Namun pada kenyataannya banyak
diantara bangian Museum dimana kaca-kacanya sudah pecah, dan belum diperbaiki.
Contohnya, Bangunan pada gambar diatas adalah bangunan Museum Utama terlihat
dari taman tengah Museum yang kacanya terlihat sudah pecah, meskipun kaca yang digunakan merupakan kaca Itali
tebal. Pada kunjungan ke-4 penulis bertanya kepada salah seorang Petugas yang
sedang menyapu halaman tengah, mengapa kaca itu sampai pecah. Petugas yang
penulis tanyai mengatakan bahwa kaca tersebut telah lama pecah dan ia tidak
mengetahui penyebab pecahnya kaca tersebut. Oleh karena itu penulis tidak dapat
menarik kesimpulan penyebab pecahnya kaca pada bangunan utama gedung tersebut.
Karena tidak mengetahui penyebabnya secara pasti,
maka penulis hanya memberikan solusi kepada pihak museum agar memberikan tanda
peringatan dilarang menyentuh kaca yang pecah.Mengingat jika kaca yang pecah
jika disentuh oleh pengunjung sangat berbahaya bagi pengunjung sendiri dan
tentunya menambah kerusakan pada kaca tersebut. Tanda peringatan diletakkan
disamping kaca yang pecah sebaiknya berbunyi ‘’ Menyentuh kaca yang pecah:ANDA dan KACA : akan celaka’’. Sebaiknya
tulisan ini juga ditambah dengan ilustrasi orang yang sedang memegang kaca dan
tangannya berdarah. Solusi untuk permasalahan ini tentu saja tidak cukup dengan
hanya memberi peringatan kepada pengunjung, Pihak Museum juga seharusnya segera
memperbaiki kaca yang rusak tersebut.
2.
Kusen pintu yang
dimakan sudah Lapuk
Gambar 5,6, & 7 : kusen pintu dan jendela yang sudah lapuk
Sebagian
besar kayu yang digunakan pada bagian kusen jendela dan kusen pintu dimuseum
Fatahillah adalah kayu jati. Menurut informasi yang penulis dapatkan di situs
terkemuka Wikipedia.com, Kayu jati menyimpan sejenis minyak didalam jaringan
kayunya sehingga bisa bertahan dalam berbagai kondisi baik lembab, maupun
kering. Namun, permasalahannya kerusakan Kusen pintu dan jendela bukan karena
usia dan tingkat kelembaban namun disebabkan oleh rayap. Kepala Bagian Edukasi
Museum Fatahillah pernah mengatakan bahwa anggaran untuk membasmi rayap
biasanya hanya di peruntukkan untuk membasmi rayap pada koleksi yang ada, bukan
pada Bangunan. Oleh karena itu penulis berpikir bahwa perlu adanya pemeliharaan
secara rutin terhadap kondisi fisik bangunan, termaksud membasmi rayap pada kusen
pintu dan jendela Museum.
Menurut
sumber yang penulis dapat di situs Sobatbumi.com ada solusi alternatif untuk
membasmi rayap dengan menggunakan bahan
alami, selain hanya membutuhkan biaya yang
murah juga mudah diaplikasikan, yaitu :
1. Puntung
Rokok
Caranya, rendam 10 batang puntung rokok menggunakan 2 gelas air dan ditambah garam 1/2 sendok makan. Biarkan larutan itu selama semalaman. Setelah itu, saring larutan tersebut dan masukkan ke dalam alat penyemprot. Lalu, semprotkan pada bagian kayu yang terserang rayap.
Caranya, rendam 10 batang puntung rokok menggunakan 2 gelas air dan ditambah garam 1/2 sendok makan. Biarkan larutan itu selama semalaman. Setelah itu, saring larutan tersebut dan masukkan ke dalam alat penyemprot. Lalu, semprotkan pada bagian kayu yang terserang rayap.
2. Air
Bekas Mencuci Beras
Kita bisa mencobanya dengan menyiram kayu yang menjadi sarang rayap dengan air bekas mencuci beras. Air yang digunakan adalah air mencuci beras yang pertama. Air ini akan menjadikan rayap pergi.
Kita bisa mencobanya dengan menyiram kayu yang menjadi sarang rayap dengan air bekas mencuci beras. Air yang digunakan adalah air mencuci beras yang pertama. Air ini akan menjadikan rayap pergi.
3. Daun
Pepaya dan Daun Sirih
Caranya, masukkan daun pepaya dan daun sirih ke dalam blender. Perbandingannya 2 untuk daun pepaya dan 1 untuk daun sirih. Tambahkan air secukupnya. Setelah daun tersebut lembut, saring untuk mendapatkan airnya. Lalu, tambahkan air hasil saringan tersebut dengan alkohol 70% dengan perbandingan 2 : 3. Larutan pun siap disemprotkan ke tempat yang terkena rayap.
Caranya, masukkan daun pepaya dan daun sirih ke dalam blender. Perbandingannya 2 untuk daun pepaya dan 1 untuk daun sirih. Tambahkan air secukupnya. Setelah daun tersebut lembut, saring untuk mendapatkan airnya. Lalu, tambahkan air hasil saringan tersebut dengan alkohol 70% dengan perbandingan 2 : 3. Larutan pun siap disemprotkan ke tempat yang terkena rayap.
3. Dinding penuh Coretan
4. Lantai yang berlubang
Dilantai dua bangunan Museum fatahillah
terdapat lantai kayu museum yang sudah berlubang dan terlihat semakin membesar.
Ketika penulis mengkonfirmasi hal ini kepada petugas di bagian Front desk, sang
petugas hanya mengatakan lubang itu sejak lama sejak ada. Sayangnya penulis
tidak mendapatkan informasi penyebab terbentuknya lubang di lantai 2 museum
ini. Namun yang pasti, penulis menilai jika lubang ini tetap dibiarkan, akan
mengakibatkan lubang itu melebar dan merusak struktur dari lantai 2 museum ini.
Hal ini juga didukung oleh beratnya beban dari koleksi yang ada dilantai 2
Museum. Menurut Batavia.com lantai Museum Fatahillah harus segera direnovasi,
karena sudah banyak yang keropos. Dalam hal ini, penulis kesulitan memikirkan
solusi kreatif selain, pihak museum yang harus segera merenovasi lantai Museum
Fatahillah.
5.
Kayu
Fentilasi yang Patah
Bangunan depan Museum Fatahillah
adalah jenis bangunan yang tidak memiliki teras penghalang air hujan. Oleh
sebab itu jika hujan turun dengan deras disertai angin maka, Jendela basah
terkena air hujan. Hal tersebut mengakibatkan jendela museum fatahillah mudah
lapuk, dan akhirnya mudah terlepas dari kusennya. Mengingat jendela hijau ini
adalah salah satu ciri khas dari bangunan Museum Fatahillah, maka sudah
seharusnya pihak museum segera memperbaiki jendela yang rusak ini.
Kesimpulan
Berdasarkan fakta-fakta yang telah
penulis kemukakan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa ada banyak
kerusakan Museum Fatahillah yang
seharusnya menjadi pekerjaan rumah dari pihak museum dan Pemerintah Daerah DKI
Jakarta. Selain itu, sudah seharusnya setiap pengunjung untuk memiliki
kesadaran dalam menjaga museum dengan baik. Hal tersebut diatas sangat penting
karena setiap Museum menyimpan sejarah Bangsa Indonesia. Dan Bangsa yang
menghargai sejarah sudah sepantasnya menjaga dan merawat museum dengan baik.
Demikianlah uraian
mengenai permasalahan Bangunan Museum Fatahillah yang berhasil penulis peroleh.
Selain itu, penulis juga berusaha memberikan beberapa solusi kreatif terhadap
permasalahan yang ada. Saran dan Kritikan sangat penulis harapkan untuk bahan evaluasi
kemampuan penulis kedepannya. Terima kasih atas perhatiannya.
Wassalam.
Museum Fatahillah yang juga dikenal sebagai
Museum Sejarah Jakarta atau Museum Batavia adalah sebuah museum yang terletak
dijalan Taman Fatahillah No.2 , Jakarta Barat dengan Luas Lebih dari 1300 meter
persegi.
Gedung ini dulu adalah sebuah Balai Kota (Bahasa
Belanda :Stadhuis) yang dibangun pada
tahun 1626-1710 atas perintah Gubernur Jendral Johan Van Hoorn. Bangunan yang
menyerupai Istana Dam di Amsterdam ini terdiri atas Bangunan utama dengan dua
saap dibagian timur dan barat serta bangunan sanding yang digunakan sebagai kantor,
ruang pengadilan, dan ruang bawah tanah yang dipakai sebagai penjara.
A. Sejarah Gedung Museum Fatahillah
Menurut informasi yang penulis dapat, 5 buah sel penjara yang berada dibawah gedung
dibangun pada tahun 1649. Renovasi juga dilakukan pada tahun 1665, yaitu
melebarkan gedung utama dengan menambah masing-masing satu ruangan dibagian
barat dan timur. Setelah tahun 1650 beberapa perbaikan dan perubahan di gedung
Museum fatahillah terus dilakukan hinga menjadi bentuk seperti yang ada saat
ini.
Selain digunakan sebagai Stadhuis(Balai
Kota), gedung ini juga digunakan sebagai Raad
van Justitie(ruang pengadilan). Pada rentang tahun 1925-1942, gedung Museum
fatahillah dimanfaatkan sebagai kantor Pemerintahan Provinsi Jawa Barat dan
kemudian pada tahun 1942-1945 dipakai untuk kantor pengumpulan Logistik
Penjajah Jepang. Tahun 1952 Gedung ini menjadi markas Komando Militer Kota
(KMK) I, lalu berubah menjadi KODIM 0503 Jakarta Barat. Akhirnya tahun 1968,
gedung ini diserahkan kepada Pemda DKI Jakarta, lalu diresmikan menjadi Museum
Fatahillah(Museum Sejarah Jakarta) pada tanggal 30 Maret 1974.
B.
Bangunan
Museum Fatahillah
Bangunan Museum Fatahillah Terdiri Atas 3
Bagian Besar. Pertama, Bagian Depan
terdiri dari taman depan, lantai dasar Museum yang bagian ini juga terdapat
sumur tua. Kedua, Bagian Bangunan
utama yang terdiri dari ruang Pamer koleksi, kantor museum, Penjara bawah tanah
, toko souvenir,Toilet,musalla, dan Perpustakaan. Ketiga , taman dalam museum yang terdiri dari Pekarangan dengan
susunan konblok, dihiasi beberapa pohon tua, dan terdapat beberapa koleksi
Meriam salah satunya yaitu Merian Si
Jagur yang menjadi Ikon Museum Fatahillah.
Setelah mengalami berbagai pergantian
fungsi serta renovasi sejak pertama kali di bangun, kini bangunan Museum
fatahillah juga telah mengalami berbagai kerusakan dibeberapa bangian
bangunannya. Fakta ini penulis simpulkan setelah melakukan 4 kali kunjungan ke
Museum Fatahillah Sejak 18 oktober 2011. Dalam kunjungannya penulis menemukan
beberapa bagian bangunan museum yang rusak, seperti kaca yang pecah, kacu
ventilasi yang sudah patah, sampai dinding bangunan yang penuh dengan coretan. Diantara kerusakan-kerusakan yang terjadi
sebagian besar disebabkan oleh faktor usia museum yang sudah tergolong tua,
Cuaca (hujan), dan ada juga yang disebabkan oleh faktor manusia(dalam hal ini adalah pengujung museum).
Berdasarkan fakta yang telah penulis kemukakan diatas, maka penulis mengambil
fokus ‘’kerusakan bangunan Museum
Fatahillah’’ dalam tulisan ini. Tidak hanya menjelaskan kerusakan bangunan
Museum Fatahillah, Penulis juga akan menganalisa penyebab kerusakan, serta akan
memberikan beberapan solusi kreatif terhadap persoalan ini. Berikut adalah
Pembahasan penulis tentang kerusakan museum Fatahillah.
1. Kaca Bangunan yang Pecah
Gambar
3 & 4 : Kaca Museum yang pecah
‘’Sebagian besar kaca yang gunakan pada
bangunan maupun koleksi di Museum Fatahillah adalah kaca Itali yang tergolong
kuat’’, kutipan kata-kata diatas dikemukan oleh bapak
Sobirin kepala Bidang Edukasi Museum Fatahillah.Namun pada kenyataannya banyak
diantara bangian Museum dimana kaca-kacanya sudah pecah, dan belum diperbaiki.
Contohnya, Bangunan pada gambar diatas adalah bangunan Museum Utama terlihat
dari taman tengah Museum yang kacanya terlihat sudah pecah, meskipun kaca yang digunakan merupakan kaca Itali
tebal. Pada kunjungan ke-4 penulis bertanya kepada salah seorang Petugas yang
sedang menyapu halaman tengah, mengapa kaca itu sampai pecah. Petugas yang
penulis tanyai mengatakan bahwa kaca tersebut telah lama pecah dan ia tidak
mengetahui penyebab pecahnya kaca tersebut. Oleh karena itu penulis tidak dapat
menarik kesimpulan penyebab pecahnya kaca pada bangunan utama gedung tersebut.
Karena tidak mengetahui penyebabnya secara pasti,
maka penulis hanya memberikan solusi kepada pihak museum agar memberikan tanda
peringatan dilarang menyentuh kaca yang pecah.Mengingat jika kaca yang pecah
jika disentuh oleh pengunjung sangat berbahaya bagi pengunjung sendiri dan
tentunya menambah kerusakan pada kaca tersebut. Tanda peringatan diletakkan
disamping kaca yang pecah sebaiknya berbunyi ‘’ Menyentuh kaca yang pecah:ANDA dan KACA : akan celaka’’. Sebaiknya
tulisan ini juga ditambah dengan ilustrasi orang yang sedang memegang kaca dan
tangannya berdarah. Solusi untuk permasalahan ini tentu saja tidak cukup dengan
hanya memberi peringatan kepada pengunjung, Pihak Museum juga seharusnya segera
memperbaiki kaca yang rusak tersebut.
2.
Kusen pintu yang
dimakan sudah Lapuk
Gambar 5,6, & 7 : kusen pintu dan jendela yang sudah lapuk
Sebagian
besar kayu yang digunakan pada bagian kusen jendela dan kusen pintu dimuseum
Fatahillah adalah kayu jati. Menurut informasi yang penulis dapatkan di situs
terkemuka Wikipedia.com, Kayu jati menyimpan sejenis minyak didalam jaringan
kayunya sehingga bisa bertahan dalam berbagai kondisi baik lembab, maupun
kering. Namun, permasalahannya kerusakan Kusen pintu dan jendela bukan karena
usia dan tingkat kelembaban namun disebabkan oleh rayap. Kepala Bagian Edukasi
Museum Fatahillah pernah mengatakan bahwa anggaran untuk membasmi rayap
biasanya hanya di peruntukkan untuk membasmi rayap pada koleksi yang ada, bukan
pada Bangunan. Oleh karena itu penulis berpikir bahwa perlu adanya pemeliharaan
secara rutin terhadap kondisi fisik bangunan, termaksud membasmi rayap pada kusen
pintu dan jendela Museum.
Menurut
sumber yang penulis dapat di situs Sobatbumi.com ada solusi alternatif untuk
membasmi rayap dengan menggunakan bahan
alami, selain hanya membutuhkan biaya yang
murah juga mudah diaplikasikan, yaitu :
1. Puntung
Rokok
Caranya, rendam 10 batang puntung rokok menggunakan 2 gelas air dan ditambah garam 1/2 sendok makan. Biarkan larutan itu selama semalaman. Setelah itu, saring larutan tersebut dan masukkan ke dalam alat penyemprot. Lalu, semprotkan pada bagian kayu yang terserang rayap.
Caranya, rendam 10 batang puntung rokok menggunakan 2 gelas air dan ditambah garam 1/2 sendok makan. Biarkan larutan itu selama semalaman. Setelah itu, saring larutan tersebut dan masukkan ke dalam alat penyemprot. Lalu, semprotkan pada bagian kayu yang terserang rayap.
2. Air
Bekas Mencuci Beras
Kita bisa mencobanya dengan menyiram kayu yang menjadi sarang rayap dengan air bekas mencuci beras. Air yang digunakan adalah air mencuci beras yang pertama. Air ini akan menjadikan rayap pergi.
Kita bisa mencobanya dengan menyiram kayu yang menjadi sarang rayap dengan air bekas mencuci beras. Air yang digunakan adalah air mencuci beras yang pertama. Air ini akan menjadikan rayap pergi.
3. Daun
Pepaya dan Daun Sirih
Caranya, masukkan daun pepaya dan daun sirih ke dalam blender. Perbandingannya 2 untuk daun pepaya dan 1 untuk daun sirih. Tambahkan air secukupnya. Setelah daun tersebut lembut, saring untuk mendapatkan airnya. Lalu, tambahkan air hasil saringan tersebut dengan alkohol 70% dengan perbandingan 2 : 3. Larutan pun siap disemprotkan ke tempat yang terkena rayap.
Caranya, masukkan daun pepaya dan daun sirih ke dalam blender. Perbandingannya 2 untuk daun pepaya dan 1 untuk daun sirih. Tambahkan air secukupnya. Setelah daun tersebut lembut, saring untuk mendapatkan airnya. Lalu, tambahkan air hasil saringan tersebut dengan alkohol 70% dengan perbandingan 2 : 3. Larutan pun siap disemprotkan ke tempat yang terkena rayap.
3. Dinding penuh Coretan
4. Lantai yang berlubang
Dilantai dua bangunan Museum fatahillah
terdapat lantai kayu museum yang sudah berlubang dan terlihat semakin membesar.
Ketika penulis mengkonfirmasi hal ini kepada petugas di bagian Front desk, sang
petugas hanya mengatakan lubang itu sejak lama sejak ada. Sayangnya penulis
tidak mendapatkan informasi penyebab terbentuknya lubang di lantai 2 museum
ini. Namun yang pasti, penulis menilai jika lubang ini tetap dibiarkan, akan
mengakibatkan lubang itu melebar dan merusak struktur dari lantai 2 museum ini.
Hal ini juga didukung oleh beratnya beban dari koleksi yang ada dilantai 2
Museum. Menurut Batavia.com lantai Museum Fatahillah harus segera direnovasi,
karena sudah banyak yang keropos. Dalam hal ini, penulis kesulitan memikirkan
solusi kreatif selain, pihak museum yang harus segera merenovasi lantai Museum
Fatahillah.
5.
Kayu
Fentilasi yang Patah
Bangunan depan Museum Fatahillah
adalah jenis bangunan yang tidak memiliki teras penghalang air hujan. Oleh
sebab itu jika hujan turun dengan deras disertai angin maka, Jendela basah
terkena air hujan. Hal tersebut mengakibatkan jendela museum fatahillah mudah
lapuk, dan akhirnya mudah terlepas dari kusennya. Mengingat jendela hijau ini
adalah salah satu ciri khas dari bangunan Museum Fatahillah, maka sudah
seharusnya pihak museum segera memperbaiki jendela yang rusak ini.
Kesimpulan
Berdasarkan fakta-fakta yang telah
penulis kemukakan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa ada banyak
kerusakan Museum Fatahillah yang
seharusnya menjadi pekerjaan rumah dari pihak museum dan Pemerintah Daerah DKI
Jakarta. Selain itu, sudah seharusnya setiap pengunjung untuk memiliki
kesadaran dalam menjaga museum dengan baik. Hal tersebut diatas sangat penting
karena setiap Museum menyimpan sejarah Bangsa Indonesia. Dan Bangsa yang
menghargai sejarah sudah sepantasnya menjaga dan merawat museum dengan baik.
Demikianlah uraian
mengenai permasalahan Bangunan Museum Fatahillah yang berhasil penulis peroleh.
Selain itu, penulis juga berusaha memberikan beberapa solusi kreatif terhadap
permasalahan yang ada. Saran dan Kritikan sangat penulis harapkan untuk bahan evaluasi
kemampuan penulis kedepannya. Terima kasih atas perhatiannya.
Wassalam.
No comments:
Post a Comment