Sunday, August 26, 2012

"Essay yang menentukan" bagian 1


Pada masa silam, dengan mendiang ayah kerap saya dengungkan akan kuliah di Pulau Jawa. Tentu saja sebagai anak dari sebuah kota kecil di Aceh, Bireuen, niatan itu terasa agak berlebihan. Tapi ayah selalu yakinkan bahwa saya bisa kuliah disana. Senangnya saya.
Tapi sekarang tiada ayah disini.
Ayah sakit keras juni 2010, terpaksa di bawa ke Jakarta. Tiga bulan tidak tatap ayah, 28 November 2010 ibu pulang, membawa ayah serta. Tapi ayah telah menjadi jenazah.
Ibu seorang guru, ayah PNS, tapi jangan tanyakan gaji mereka. Semua gaji dipotong untuk melunasi kredit. Silamnya untuk hidupi keluarga, ibu dan ayah terpaksa ekstra kerja seperti berkebun.
Beban kini kian berat kerena pikulan hutang-hutang dan biaya kuliah kakak, abang saya.
Pikir saya ini kehidupan berat. Saya sudah kelas 3, tapi belum tahu harus melangkah ke masa depan mana. Tapi ditengah kelesuan itu, tim saya meraih juara 1 lomba cerdas-cermat akuntansi Se-Aceh. Ini angin segar yang menyemangatkan saya. Banyangkan, kami yang berasal dari kampung berhasil kalahkan tim-tim kuat dari Banda Aceh.
Sebuah malam saya ngobrol dengan ibu tentang rencana kuliah. Ibu kata ini memang masa berat. Tapi saya harus kuliah, kalau mungkin ke Pulau Jawa.
Saya tahu ini berat, tapi saya harus terus menjejak langkah. Saya tahu sebuah skenario tengah disiapkan Allah bagi saya, bagi kami..

                                                                   Bireuen, 5 April 2011

No comments:

Post a Comment