Saturday, September 1, 2012

Analisis Film "The Corious case of benjamin Button


Sinopsis
Cerita dimulai di sebuah rumah sakit New Orleans, pada bulan Agustus 2005, Daisy yang sudah tua terbaring lemah disalah satu bangsal rumah sakit ditemani anaknya Caroline[1]. Daisy memulai cerita tentang seseorang yang bernama  Mr. Cake yang bertugas untuk membuat sebuah jam di stasiun kereta api di New Orleans. Setelah menerima berita kematian anaknya dimedan perang, dia bekerja siang dan malam membuat jam, dan sengaja  merancang waktunya mundur kebelakang, dengan harapan bahwa waktu akan membawa kembali orang-orang yang meninggal dalam perang.
Lalu Daisy meminta Caroline untuk membacakan dari buku harian yang berisi foto dan kartu pos yang ditulis oleh Benjamin Button ( Brad Pitt ). Caroline mulai membaca cerita sebagai transisi ke Benjamin sebagai titik cerita utama.
Suatu hari, pada tanggal 11 November 1918, orang di New Orleans merayakan kekelahan Jerman dalam Perang dunia 1. Ditengah perayaan itu ada bayi laki-laki yang lahir dengan tampilan fisik seperti seorang lelaki berusia 80 tahun-an. Ibu bayi tersebut meninggal sesaat setelah melahirkan. Ayahnya membawa bayi itu dan meninggalkannya disebuah rumah panti jompo. Queeniedan Tizzy[2] Pasangan Afro-Amerika yang tinggal dipanti jompo, yang menemukan bayi itu. Berhubung Queenie tidak bisa mengandung, dia memutuskan untuk membawa bayi dan dianggap sebagai anaknya sendiri. Lalu diberi nama Benjamin.
            Benjamin mulai tumbuh secara fisik menjadi lebih muda dari sebelumnya, lalu sekitar tahun 1930, disaat dia masih seperti umur 70 tahun-an, dia bertemu dengan seorang gadis muda bernama Daisy[3]dia tinggal bersama neneknya di panti jompo. Disitu dia bermain bersama dan mendengarkan cerita Hikayat dari Nenek Deasy.
Beberapa tahun kemudian Benjamin bekerja pada sebuah kapal penarik di dermaga New Orleans bersama Kapten Kapal Mike. Dalam waktu luang, kapten Mike  membawa Benjamin ke hotel dan bar. Karena sang kapten kapal tidak percaya bahwa Benjamin tidak pernah bersama wanita sampai umur setua itu, maka Kapten Mike membawa Benjamin ke tempat lokalisasi. Lalu untuk pertama kali nya, Benjamin  bertemu dengan Thomas Tombol[4], tetapi dia tidak memperlihatkan bahwa dia ayah dari Benjamin. Lalu, Benjamin meninggalkan New Orleans bersama awak kapal penarik untuk jangka panjang dalam perjanjian kerja. Sebelum meninggalkan New Orleans, Benjamin membuat janji dengan Daisy untuk menulis surat dan mengirim foto apabila Benjamin singgah di suatu tempat.
Suatu ketika di Rusia, Benjamin bertemu seorang wanita Inggris yang bernama Elizabeth Abbott dan akhirnya Benjamin jatuh cinta. Tetapi sayangnya Elizabeth sudah menikah dengan seorang mata-mata pemerintah Inggris. Suatu hari, pada tanggal 8 Desember 1941, saat hari serangan Pearl Harbor, Elizabeth menghilang dan meninggalkan Benjamin. Lalu meninggalkan catatan di balik pintu hotel dimana Benjamin tinggal dan isinya: “It was nice to have met you.
Lalu Benjamin dan Kapten Mike beserta awak kapal berangkat Perang Dunia II. Tetapi tragisnya kapten kapal dan beserta awak lainnya tewas tertembak oleh kapal selam milik Jerman di Samudera Atlantik. Lalu Benjamin diselamatkan oleh tentara Laut Amerika Serikat.Di atas kapal, Benjamin melihat keanehan yang mana ada Capung ditengah laut yang terbang hingga tengah samudera yang melambangkan semangat kapten kapal Mike yang masih hidup di hati Benjamin.Kapten Mike justru tertawa sebelum meninggal dan mengatakan kalau tembakan yang mengenainya justru merusak keindahan tattonya. Disitulah Benjamin melihat kematian dengan cara yang berbeda yang berbeda dengan kejadian di rumahnya ( Panti Jompo ) yang mana kematian nya lebih alami.
Tahun 1945, Benjamin kembali ke New Orleans dan kembali bertemu dengan Thomas Tombol yang sekarat. Thomas akhirnya mengatakan ke Benjamin bahwa dia ayah kandungnya dan berniat memberikan seluruh aset kekayaannya ke Benjamin, termasuk rumah dan keluarga Tombol pabrik. Lalu seketika Benjamin berubah menjadi orang kaya.
Disatu sisi, Daisy menjadi penari sukses di New York City. Daisy mencoba untuk merayu Benjamin tetapi dia menolak. Ketika Benjamin melakukan perjalanan ke New York untuk memenuhi undangan Daisy. Tetapi nasib berkata lain, Daisy telah jatuh cinta dengan teman seprofesinya. Kemudian, Daisy mengalami kecelakaan pada saat tour wisata di Paris. Seketika, karir tari baletnya berhenti total karena kakinya patah. Benjamin menerima berita itu dari salah satu temannya dan segera melakukan perjalanan ke Paris mencari Daisy. Daisy berkomentar untuk pertama kalinya setelah melihat Benjamin adalah “Anda Sempurna” yang berubah menjadi sosok orang yang muda, Daisy ingin Benjamin keluar dari hidupnya karena Daisy tidak ingin dilihat kondisinya saat itu oleh Benjamin. Kemudian Daisy menjalani terapi agar bisa berjalan kembali.
Pada tahun 1962, Benjamin kembali ke New Orleans dan bertemu dengan Daisy lagi. Mereka jatuh cinta kembali karena posisi mereka menjadi seumuran. Kemudian Benjamin menjual rumahnya yang diwariskan oleh Thomas Tombol dan pindah ke sebuah apartemen duplex dengan Daisy. Daisy memulai sebuah studio tari balet untuk anak-anak perempuan. Namun, beberapa tahun kemudian, Benjamin bertambah muda sedangkan Daisy tumbuh menjadi tua, dan saat itu Daisy melahirkan seorang bayi perempuan, bernama Caroline. Tetapi Benjamin merasa pesimis dan percaya tidak bisa menjadi “ayah” karena dia terus menjadi muda dan memutuskan meninggalkan Daisy dan meninggalkan harta benda dan aset untuk Daisy dan Caroline.
Sewaktu membaca ini, Caroline baru menyadari bahwa ayah kandungnya adalah Benjamin. Saat itu juga, Caroline menjadi bingung kenapa membutuhkan waktu yang lama untuk memberitahukan. Tetapi pada akhirnya caroline menemukan bahwa Benjamin yang mengirim kartu pos kepada Caroline setiap ulang tahunnya.
Benjamin menjadi lebih muda dan melakukan perjalanan ke berbagai negara di seluruh dunia. Pada tahun 1980, dia kembali sekali lagi, seperti umur 25 tahun dia bertemu lagi di Daisy studio tari. Pada saat itu Daisy telah menikah dengan seorang duda dan saat itu Caroline berumur 12 tahun. Daisy memperkenalkan suaminya dengan Benjamin dan anak perempuannya sebagai teman lama keluarga. Daisy kemudian bertemu dengan Benjamin secara pribadi di hotel dan berbagi semangat mereka untuk satu sama lain. Saat itu, Daisy menjadi sangat tua untuk Benjamin. Tetapi Benjamin terus tumbuh sampai muda dan ke tahap proses remaja. Lalu Daisy pindah panti jompo tempat di mana Benjamin dibesarkan. alangkah terkejutnya bila saat itu Benjamin seperti umur 8 tahun. Dan dengan sabarnya Daisy merawat Benjamin seperti anaknya sendiri.
Pada tahun 2002, jam kereta itu ditutup. Lalu setelah itu pada musim semi tahun 2003, Benjamin yang berubah menjadi seorang bayi meninggal di pelukan Daisy. Tahun 2005, dikamar rumah sakit itu, Caroline ingin mengecek kondisi terakhir akibat badai Topan Katrina, Karena cerita di buku diary telah selesai. Caroline meninggalkan Daisy sendirian. deasy melihat Burung Kolibri[5] terbang di dekat jendela yang merupakan simbol roh setelah kematian. Dan Daisy meninggalkan dunia untuk selama-lamanya.
Film dengan durasi waktu 2 jam 47 menit merupakan film yang sangat panjang tetapi penuh dengan filosofi kata yang mengandung arti yang dalam. Dengan Genre film, Drama, Romance, Science Fiction/Fantasy and Adaptation. Pesan yang disampaikan sangat lah besar seperti waktu yang telah berputar tidak dapat kembali lagi, apakah arti kehidupan dan makna cinta sejati dan masih banyak pesan yang disampaikan.
Mengapa “The Curious case of Benjamin Button”?
Film The Curious case of Benjamin Button adalah salah satu film yang maraih beberapa katagori piala oscar pada tahun 2008. Film yang diangkat dari sebuah cerita pendek karangan F.Scott Fitzgerald ini menduduki posisi kedua dalam menyebet oscar 2008 setelah “SlumDog Millionarri”. Meski para kritikus menilai film ini seharusnya dapat menyabet lebih banyak piala oscar, namun tak banyak diantaranya yang justru berpendapat sebaliknya. Banyak muncul kritikan-kritikan pedas atas film besutan sutradara David Fincher ini. Bagaimanapun juga, film yang telah mendapat Oscar sangat menarik untuk dibahas, oleh sebab itulah saya mencoba menjadikan film ini sebagai bahan analisis saya.
Film ini merupakan suatu hal yang sangat unik, bagaimana bisa ada orang yang mengalami proses kehidupan secara terbalik. Siapapun yang mendengar ini, akan sangat tertarik untuk menonton, dan begitulah juga saya tertarik untuk mengangkat film ini.
Dan yang menambah ketertarikan saya banyak menyinggung masalah kematian. Karena kematian menurut saya adalah suatu yang sangat menarik untuk didiskusikan, banyak misteri yang ada dibalik kematian. Dan menurut saya film ini mampu memberi banyak gambaran tentang bagaimana orang-orang disekitar kita, seiring waktu meninggalkan dunia ini.
Film ini mengisahkan tentang sebuah kisah fiktif. Jalur cerita yang berat,serta banyak konflik yang tersirat membuat saya tertantang untuk menganalisis film ini. Karena menurut saya, jika hanya mengambil film yang ringan dan Best on true Story, akan sangat mudah jika di analisis menggunakan 3 perspektif komunikasi. Saya merasa tertantang untuk sebuah judul Film yang materinya berat dan cenderung susah untuk dianalisa agar pemahaman saya tentang 3 Perspektif ini akan lebih mantap.
Dan tentunya, film ini juga mengandung banyak sekali pesan-pesan moral yang dapat kita petik. “You never know what’s coming for you”Adalah salah satu diantara begitu banyak pesan yang ingin Film ini sampaikan. Sehingga dengan menonton film ini berkali-kali, saya juga dapat mengambil pesan-pesan moral yang berguna bagi kehidupan saya khususnya.

Berapa kali sudah menonton Film ini?
Sejak saya menonton Film ini pertama kali pada tahun 2009, film ini sudah menjadi salah satu favorit saya. Sebelum tugas ini diberikan saya sudah menonton film ini sebanyak 3 kali. Dan setelah tugas Analisis ini diberikan saya menonton lagi film ini sebanyak 3 kali ssampai habis, dan beberapa kali saya menonton bagian-bagian tertentu saja. Jadi secara keseluruhan saya telah menonton film ini sebanyak 6 kali, ditambah beberapa kali saya menonton part-part tertentu.


Perspektif Post Positivistik atau Empiris
Pendekatan ini berasumsi bahwa terdapat realitas yang objektif dan dari sekian banyak peristiwa terdapat kejadian yang dapat diteliti secara ilmiah dengan menggunakan bukti-bukti secara empiris. Tradisi ini mendukung metode ilmu alam(Pasti/objektif) dengan tujuan untuk membentuk teori yang bersifat umum  (Arthur Bocher : 1985). 

Behaviorisme (Teori Belajar Dari Lingkungan)
Dalam cerita Film “THE CORIUOS CASE OF BENJAMIN BUTTON” Benjamin lahir dalam keadaan yang tidak normal. Benjamin terlahir dalam bentuk yang seperti orang yang sudah berumur 86 tahun. Ibu kandung Benjamin meninggal beberapa saat setelah melahirkan.Kemudian Mr.Button[7] membuang benjamin di sebuah rumah panti jompo.Selain mengasuh Benjamin kecil, Mrs.Queeni[8] juga merawat beberapa orang tua lainnya. Benjamin Button, Hidup keluarga ini hingga dewasa.
Mrs.Queenie memperlakukan Benjamin layaknya anak sendiri. Mrs.Queenie juga mengajarkan banyak hal pada Benjamin. Meskipun tidak dibesarkan oleh keluarga kandung, namun benjamin dapat menjalani hidup layaknya ia dibesarkan oleh orang tuanya sendiri. Meskipun benjamin dilahirkan dengan kondisi yang sangat tidak normal, namun ia dapat menikmati setiap saat dari hidupnya. Jika dipandang dari sisi Behaviorisme yang mengatakan bahwa perilaku oleh manusia itu dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya Maka, dalam Film ini Benjamin telah membuktikan teori ini.
Kita semua pergi dengan cara yang sama. Hanya mengambil jalan yang berbeda untuk sampai kesana. Hanya itu. Kau berada dijalanmu sendiri, benjamin. menit ke 20).
Banyak pelajaran yang diajarkan oleh Mrs.Queenie kepada Benjamin. Selain itu, lingkungan tempat benjamin dibesarkan juga sangat mendukung benjamin.Rumah mrs queenie banyak terdapat orang-orang yang mengajarkan benjamin cara menikmati hidup apapun kondisi yang kita alami. Kebaikan demi kebaikan benjamin pelajari dari keluarga itu. Sehingga benjamin dapat hidup normal meskipun dengan keadaan yang sangat tidak normal.

Ketetapan perputaran waktu
Seperti yang kita ketahui bahwa kehidupa manusia di dunia, merupakan suatu hal yang dapat diukur. Setiap hari, jam, menit, detik, merupakan pakem waktu yang membentuk manusia dari muda menjadi tua, memutarkan jam dari kiri kenan. Namun, ketetapan ini sungguh di abaikan dalam cerita film ini. Jam yang seharusnya bergerak ke kanan, justru sebaliknya. Manusia yang ukuran seharusnya tumbuh dari muda ke tua, justru dimulai dari tua ke muda. Ini merupakan suatu yang secara ukuran waktu berbeda dengan ketetapan yang selalu terjadi dalam kehidupan nyata.

Efek film The Curious Case Of Benjamin Button
Ada banyak hal yang sebenarnya dapat menjadi tolak ukur ketika kita menoton film ini. Jika dianlisa secara mendalam, ternyata banyak hal yang berpotensi memberikan efek negatif kepada penonton, khususnya remaja.
Ketika benjamin berumur 17 tahun(Fisik berumur 65 tahunan) benjamin sudah mulai bekerja pada kaptein mike. Di sela-sela pekerjaannya sebagai awak perahu derek, benjamin pergi ke Bar, untuk minum, hingga ke rumah bordir untuk “mencoba menjadi lekaki sejati”. Sejatinya hal ini berpotensi memberikan dampak yang luar biasa  terhadap remaja. Dengan menonton film ini remaja yang belum selektif dalam menonton, begitu mudah meniru kelakuan buruk benjamin ini. Walaupun budaya seperti ini sah-sah saja di barat, namun sangat tabu di negara kita. Ini yang kemudian memberikan efek yang besar terhadap pola pikir masyarakat kita.

Efek Sikap Non-Over Protectif Mrs.Queenie dalam membesarkan benjamin
            Kenyataan dalam kehidupan kita, banyak orang tua yang membesarkan anaknya yang memerlukan kebutuhan khusus secara over protective. Mereka seakan mengatur semua keinginan anaknya, semua kehendak anak. Dan yang terjadi sang anak justru merasa dikekang kebebasannya, merasa tidak berguna, dan eksistensinya diabaikan.  Akhirnya sang anak justru tidak dapat menikmati hidupnya dengan baik.
            Dalam film ini, Mrs.Queenie tidak terlalu bersikap over protective terhadap Benjamin. Benjamin diberi kebebasan-kebebasan dalam batas kewajaran, sehingga akhirnya benjamin dalam menikmati kehidupannya yang sangat berbeda dengan orang pada umumnya.


Perspektif Kritis
Perspektif kritis merupakan sebuah paham mengkritisi/mempertanyakan kembali terhadap sebuah realitas serta kondisi-kondisi yang ada.
Pada film The Corious case of Benjamin Button ini. Benjamin di besarkan oleh keluarga afro-Amerika. Beberapa saat dia dilahirkan Mr.Thomas meninggalkan benjamin ditangga depan rumah Mrs.Queenie. hari-hari berikutnya Benjamin tinggal bersama Mrs.Queenie, diasuh layaknya anak sendiri oleh keluarga itu. Selain mengasuh Benjamin, Mrs.queenie dan suaminya juga mengasuh beberapa orang tua. Dalam cerita ini rumah ini adalah Panti Jompo, tempat beberapa orang tua menghabiskan sisa hidupnya dan diasuh oleh Mrs.Queenie. Jika dilihat secara sepintas, memang bukan masalah sang sutradara menciptakan tokoh Mrs.Queenie yang membesarkan Benjamin dan mengurus beberapa orang tua lainnya. Namun, menurut saya hal ini mengandung unsur Rasisme yang sangat kuat. Dalam persoalan ini, mengapa seakan-akan hanya warga kulit hitam yang harus menampung dan membesarkan benjamin. Mengapa warga kulit hitam yang harus merawat orang-orang di panti jompo itu. Hal ini seakan-akan meneguhkan penindasan kaum kulit hitam secara tersirat. Apa pekerjaan yang martabatnya rendah harus selalu dilakukan oleh warga kulit hitam. Bukan hanya mrs.queenie, pembantu yang menjadi pembantu keluarga benjamin juga berkulit hitam. Ini meneguhkan pandangan saya terhadap persoalan ini. Selain itu, jika diperhatikan ketika adegan Mrs.Queenie meninggal, yang hadir di gereja adalah oleh kulit hitam semua, kecuali benjamin dan Deasy. Padahal, Mrs.Queenie merawat banyak orang kulit putih di panti Jomponya. Kemanakah orang-orang kulit putih yang lain? Mengapa mereka tidak seakan tidak sedikitpun peduli terhadap Mrs.Queenie yang telah banyak berjasa merawat orang-orang kulit putih.  Jika film ini mengangkat tema rasisme, mungkin tidak masalah. Namun, film ini sama sekali tidak mengangkat tema tentang rasis. Oleh karena itu persoalan ini menjadi salah satu hal patut di kritisi dalam film ini.



Perspektif Hermeneutik atau Interpretif
Hermeneutik merupakan suatu pendekatan dimana kebenaran dilihat sebagai sesuatu yang subjektif. Hermeneutik merupakan perspektif yang tidak mendukung adanya pendangan tentang realitas yang bersifat objektif. Pandangan ini berpendapat tentang subjektifitasnya sebuah realitas/peristiwa.

Nilai-nilai yang terkandung
Secara keseluruhan, film ini benar-benar memberikan pelajaran mengenai kehidupan.. Betapa hidup itu sangatlah indah jika dipandang dari banyak sisi, sekaligus dalam film ini mengisahkan betapa dekatnya kita semua pada kematian.Benjamin mengajarkan pada kita bahwa tak perlu berkecil hati saat kita berbeda dari orang lain. Berbeda bukan berarti kita buruk atau salah. Bila kita menganggap diri kita sama dengan orang lain, orang pun akan memperlakukan kita sama dengan mereka. Jangan menutup diri hanya karena anda berbeda.
Semua manusia adalah ciptaan Tuhan, ganteng atau jelek, normal atau tidak normal. Kita harus menerima mereka sebagai sesama kita. Apalagi kalo ia adalah keturunan kita sendiri. Justru pada anak seperti inilah cinta dan dukungan orang tua sangat berpengaruh pada hidup mereka selanjutnya.
Jangan pernah putus asa saat orang menganggap kita aneh. Jangan pula bertanya ‘mengapa’. Justru harusnya kita mencari kelebihan yang ada pada diri kita, dan mengeksplornya, untuk memberikan nilai-nilai yang dibutuhkan oleh dunia.
Menjadi tua bukan alasan bagi kita untuk ‘berhenti’ dari hiruk pikuknya hidup. Selama tubuh dan kesehatan masih memungkinkan, ada begitu banyak hal yang bisa dilakukan agar kita tetap berguna bagi dunia dan sesama. Contohlah Benjamin Button yang memutuskan untuk bekerja sebagai pekerja kasar di kapal, dalam keadaan fisiknya yang seperti orang tua. Sementara orang-orang jompo lainnya, yang mungkin saja secara fisik lebih muda darinya tak ada yang bergeming. Fisik boleh menjadi tua, namun tetaplah menjaga agar semangat senantiasa menggelora.
Film ini juga banyak menonjolkan nilai-nilai kekeluargaan. Yaitu bagiamana Benjamin akhirnya memaafkan ayah kandungnya yang telah membuangnya ketika lahir.

Beberapa Kutipan dari film ini yang mengandung pesan/nilai positif
You never know what’s coming for you.
You could be mad as a maddog at the way things went. You could swear, and curse the fates. But when it comes to the end, you have to let go.
Tidak ada manusia yang sempurna dalam hidup ini. Dan Beruntunglah kepada mereka yang masih diberi kehidupan

2 comments: