Tuesday, August 28, 2012

Awas Penipuan berkedok lowongan kerja


Kata lowongan kerja sangat akrab dengan jutaan telinga masyarakat Indonesia yang masih menganggur. Saat ini iklan mengenai lowongan kerja sangat gencar terdapat diberbagai media, dari cetak hingga internet. sebut saja jobstreet.com dan lain-lain menawarkan puluhan ribu lowongan kerja setiap harinya. Akan tetapi disadari atau tidak diantara lowongan kerja itu ada bentuk lowongan kerja yang malah merugikan para pelamarnya. Sebut saja satu perusahaan bernama PT Mitra Utama Global, yang menawarkan lowongan kerja sebagai salah satu staf administrasi justru jauh panggang dari pada api.
Singkat cerita , kasus ini terjadi beberapa hari yang lalu. Saya adalah mahasiswa di salah satu Universitas Swasta di Jakarta. Saat ini adalah masa libur panjang selama 3 bulan. Banyak diantara teman yang menjadi pekerja magang, atau parta diberbagai perusahaan di jakarta. Sebagai anak perantauan moment ini merupakan moment yang tepat untuk menambah pengalaman kerja. Setiap kesempatan saya selalu mencari informasi lowongan kerja di internet hingga datang langsung ke tempat yang berpeluang membutuhkan pekerja. Namun, beberapa hari perjuangan saya nihil. Suatu malam, seorang teman sarankan saya untuk mencoba melamar di sebuah perusahaan bernama PT Mitra Utama Global.inisialnya AS. “Gaji pokoknya 2jt/bulan ditambah uang makan 50ribu/hari” ujarnya. Hasrat akan pekerjaan membuat saya tidak berpikir 2 kali untuk mencoba melamar.
Esok hari. Adalah hari kerja pertama untuk AS setelah dua hari lalu mengahadapi interview kerja. Saya tida membuang waktu, segera CV serta bekas-berkas lain yang dibutuhkan saya kirimkan ke HRD PT MUG. 2 jam setelah itu email balasan masuk ke akun Gmail saya. Sontak saya senang, wah hebat nian ini perusahaan. Isinya kurang lebih adalah panggilan interview keesokan harinya di daerah BSD Tanggerang. Kecurigaan awal saya bermula ketika dalam email balasan yang saya terima tertera bahwa saya dipanggil untuk interview di kantor pusat di Tanggerang. Otak saya seakan mengulang pengakuan AS bahwa ia bekerja di kantor pusat di Manggarai. Oh tuhan.
Otak “ke-kepo-an” saya akhirnya berontak dan mencari tau tentang PT MUG. Begitu PT Mitra Utama Global saya ketik sebagai keyword di om google yang muncul justru : Awas, PT mitra utama global, penipuan PT Mitra Utama global, dan artikel lain yang mengatakan bahwa lowongan kerja PT MUG adalah penipuan belaka. Dengan jantung berdetak, saya mencoba membaca beberapa tulisan yang ada. Hingga sampai pada kesimpulan saya yakin 100% ini adalah perusahaan abal-abal. Segera saya beritahu teman-teman terdekat tentang persoalan ini. Dan langkah berikutnya yang saya tempuh adalah menelpon AS dan memberihu soal ini. Assalamualaikum.
Walaikumsalam. terdengar suara diujung telpon, saya langsung bertanya. Em, bagaimana pekerjaannya mas?, ya begitulah . sebelum memberitahu soalan ini, saya tanyai dia dahulu mengenai tempat kerja barunya. Dari wawancara singkat, simpulkan lah saya bahwa benar PT tempat AS bekerja sama dengan yang saya baca di Internet. “Saat interview saya kasihkan PT itu uang 70ribu”, aku AS. Dan kecurigaan saya semakin mendasar. Aku AS dia saat interview dia diminta uang sebesar 550ribu untuk biaya training. Dari pembicaraan itu AS juga mengakui bahwa kantor PT MUG itu sangat tidak layak disebut kantor.
Nah, data-data yang saya dapatkan dari AS sama persis seperti yang saya baca di internet. banyak cerita-cerita di blog yang mengisahkan tentang cerita serupa. Modusnya terbilang unik, PT MUG memperoleh keuntungan dengan merekrut tenaga kerja yang bersedia membayar uang training sebesar 550ribu. Dan gaji 2juta/bulan plus uang makan 50ribu/perhari nyatanya tak pernah diterima karyawan. Pekerjaan yang dijanjikan sebagai staff administrasi jauh dari bayangan. Pekerja yang masuk hanya akan bekerja merekrut calon korban baru yang kemudian membayar uang training sebesar 550ribu. Setiap orang yang berhasil merekrut korban akan mendapatkan bonus sebesar 100ribu. Sungguh aneh bukan?
Beberapa menit berbicara saya langsung menyarankan AS untuk segera kembali kerumah. Sore harinya, AS pulang. Langsung saya tanyai soalan ini. Setelah saya tanyai lebih lanjut akhirya AS mengakui bahwa tadi pagi dia telah serahkan biaya tambahan untuk training sebesar 180ribu. Jadilah 250ribu rupiah jumlah uang yang telah AS serahkan kepada PT MUG.
Setelah 250ribu melayang baru AS menyadari bahwa PT MUG tak lebih dari penipu pengecut yang memanfaatkan hasrat pencari kerja. 250ribu mungkin bukan jumlah yang besar buat anda, tapi buat anak kos seperti kami itu banyak. Niatan mendapatkan uang dengan bekerja justru mengurasnya. Mungkin teman saya dapat terus melanjutkan bekerja disana, tetapi untuk apa? Menjadi penipu baru disana?
Saya calon korban, teman saya salah satu korban penipuan PT berkedok lowongan kerja ini. Iya, salah satu dari banyaknya korban lain diluar sana. Yang menjadi pertanyaan mendasar saya adalah mengapa? Setelah begitu banyak yang menjadi korban kasus ini masih terus memakan korban yang haus akan pekerjaan. Siapa yang patut disalahkan? Tentunya para pencari kerja tidak pelak dapat dipojokan. Dan jika peradilan dunia belum dapat menghakimi para “pendusta” ini, semoga kelak mereka diadili di peradilan Tuhan. Peradilan yang lebih adil.

Sunday, August 26, 2012

"Essay yang menentukan" Bagian 2


Ini saatnya ‘’Membalas’’

Delapan belas tahun lampau saya lahir. Bersama konflik Aceh yang menderu. Dan waktu tak pernah kita terka betapa cepatnya ia berputar. Tiba-tiba saya dapatkan diri saya telah duduk dibangku sekolah dasar.
Sekolah dasar yang menyenangkan pikir saya. Teman-teman yang hangat dan nilai-nilai yang cemerlang. Saya akan selalu ingat masa indah ini. Lalu sekolah menengah pertama saya jejakin, nilai-nilai saya masih menyenangkan orang tua. Buku-buku mulai saya gilai. Saya sadar, buku akan membawa saya kemana saja. Keujung dunia sekalipun. Saya yakin itu.
Dan SMA itu menggembirakan. Nilai saya tidak pernah lari dari satu, dua, tiga. Kompetisi yang kerap saya menangi mulai saya gemari. Dan organisasi menjadi kegiatan baru yang mengasyikan buat saya.
Dan kini saya disini, pada SMA dipenghujung masa. Lalu saya akan kemana? Barangkali tempuhi pendidikan di sebuah Universitas. Setelah itu akan berujung dimana?
Tersentak, tiba-tiba teringat saya dengan ibu yang sendirian memikul rumah tangga kami. Bagaimana bahagiakan ibu?
Lepas kuliah saya akan kembali kerumah ibu. Bekerja , menjadi anak yang lebih baik, menyekolahkan adik disekolah kedokteran layak pesan mendiang ayah. Menyelesaikan perkara ekonomi keluarga yang saya yakini sudah sangat menumpuk. Membahagiakan ibu dimasa tuanya. Ini saatnya membalas akan kebaikan orangtua.
Hanya itu yang idam saya lakukan. Lantas apa idam saya lagi?
Inginlah saya buka satu lembaga pengembang perpustakaan Bireuen. Lembaga ini akan galang dana lalu membangun perpustakaan disekolah pedalaman Bireuen. Akan kami salurkan buku-buku pengetahuan hingga buku fiksi pada setiap perpustakaan binaan.
Perpustakaan di SMA kami bagus, tapi pustaka di sekolah lain, bahkan di Aceh tak. Hampir 100% perpustakaan sekolah di Aceh tak layak dinamakan pustaka dan inilah hasilnya. Minat baca Aceh amburadul. Minat baca Bireuen lebih amburadul. Melalui lembaga ini akan kami iktiarkan mengubah polah masyarakat khususnya siswa yang tidak bersahabat dengan buku. Kampanye ke sekolah atau mengundang siswa secara terpusat tentulah wajib kami lakukan. Demi tercapainya tujuan ini.
Bagi saya pribadi, ini adalah satu-satunya pembalasan. Pada orang tua yang telah curahkan kebaikan. Pada sekolah saya atas didikan tak terkira. Pada Bangsa ini atas dukungan tak terhitung.

                                                                   Bireuen, 1 april 2011

Ini essay kedua yang saya sertakan dalam apply beasiswa Paramadina Fellowship 2011.

"Essay yang menentukan" bagian 1


Pada masa silam, dengan mendiang ayah kerap saya dengungkan akan kuliah di Pulau Jawa. Tentu saja sebagai anak dari sebuah kota kecil di Aceh, Bireuen, niatan itu terasa agak berlebihan. Tapi ayah selalu yakinkan bahwa saya bisa kuliah disana. Senangnya saya.
Tapi sekarang tiada ayah disini.
Ayah sakit keras juni 2010, terpaksa di bawa ke Jakarta. Tiga bulan tidak tatap ayah, 28 November 2010 ibu pulang, membawa ayah serta. Tapi ayah telah menjadi jenazah.
Ibu seorang guru, ayah PNS, tapi jangan tanyakan gaji mereka. Semua gaji dipotong untuk melunasi kredit. Silamnya untuk hidupi keluarga, ibu dan ayah terpaksa ekstra kerja seperti berkebun.
Beban kini kian berat kerena pikulan hutang-hutang dan biaya kuliah kakak, abang saya.
Pikir saya ini kehidupan berat. Saya sudah kelas 3, tapi belum tahu harus melangkah ke masa depan mana. Tapi ditengah kelesuan itu, tim saya meraih juara 1 lomba cerdas-cermat akuntansi Se-Aceh. Ini angin segar yang menyemangatkan saya. Banyangkan, kami yang berasal dari kampung berhasil kalahkan tim-tim kuat dari Banda Aceh.
Sebuah malam saya ngobrol dengan ibu tentang rencana kuliah. Ibu kata ini memang masa berat. Tapi saya harus kuliah, kalau mungkin ke Pulau Jawa.
Saya tahu ini berat, tapi saya harus terus menjejak langkah. Saya tahu sebuah skenario tengah disiapkan Allah bagi saya, bagi kami..

                                                                   Bireuen, 5 April 2011